Jakarta Rabu malam, 9 Mei 2012
Barangkali diantara kita ada yg punya pengalaman jadi montir amatir, ini salah satu pengalaman yg mungkin dilakukan.

Dibelikan kendaraan oleh orang tua, supaya kita lebih rajin belajar dan mendapatkan nilai bagus.
Tapi yg terjadi malah sebaliknya, bukannya malah rajin belajar tapi jadi rajin main dan mondar-mandir gak jelas. Alhasil nilaipun juga berantakan.
Masih untung bisa naik kelas.

Demikian juga kendaraannya, di setting ala motor balap. Ditambah dan dikurangi ini itunya.
Sampai pada akhirnya malah rusak tidak laik jalan.

Bercermin pada pengalaman masa lalu, kadang sebuah organisasi juga bisa dianalogikan sebagai motor yg akan dimodifikasi menjadi motor balap.
Ditambah dan dikurangi dengan komposisi sesuai selera kita.

Modifikasi kalau diserahkan kepada “montir / orang yang tepat”, bisa menjadi “motor balap” yang siap turun di sirkuit balap resmi ataupun balap liar (bali).

Tapi kalau hanya dikerjakan sebagai arena trial & error, ya siap-siap nambah jadi “motor rongsokan”.